Kamis, 21 Mei 2015

Busur Nabi Muhammad n yang Bernama "Al-Katum", dan Sekelumit Tentang Bahan ‎Pembuatannya


Seri Kesenian dan Persenjataan Kuno:

Ibnul 'Asakir menyebutkan riwayat tentang busur Nabi Muhammad yang bernama Al-Katum di dalam kitab Tarikh Madinati Dimasyq (Sejarah Kota Damascus) 4/216:

Artinya:
"Ibnu Abi Sabroh berkata dari Marwan bin Abi Sa'id dia berkata: Nabi mempunyai busur yang dinamai Al-Katum terbuat dari kayu pohon nabe' (النَّبْعُ), patah ketika perang Uhud dan dipungut oleh Qotadah bin An-Nu'man."
Ibnul Qoyyim menyebutkannya juga di dalam kitab Al-Furusiyyah Al-Muhammadiyyah 78:
فقال ابن إسحاق في المغازي : "حدثني عاصم بن عمر بن قتادة : أن رسول الله n رمى عن قوسه يوم أحد حتى اندفت سيتها، فأخذها قتادة بن النعمان، فكانت عنده."
Artinya:
"Ibnu Ishaq telah berkata di dalam kitab Al Maghozy: "'Ashim bin 'Umar bin Qotadah telah bercerita kepadaku: Bahwa Rasulullah n telah memanah dengan busur beliau pada perang Uhud hingga patah siyahnya, lalu Qotadah memungutnya, maka sejak saat itu ia ada bersamanya."


Keterangan:

  1. Dinamakan al-katum karena tidak terlalu bersuara ketika digunakan untuk  memanah. (lihat catatan kaki kitab Tarikh Damascus) 
  2. Pohon nabe' (النَبْعُ) adalah pohon yang tumbuh di puncak gunung, tidak bisa digunakan untuk membuat api, darinya dibuat busur, dan dari dahan-dahannya dibuat anak panah. Ada sebuah paribahasa Arab:

"Seandainya fulan memantik api dengan nabe' sungguh dia akan mampu memperlihatkan api."  

Maksudnya: orang yang disifati dengan pemikiran yang bagus dan mahir dalam berbagai perkara.



Nabe' ada 3 jenis, sebagaimana yang dikatakan oleh Al Mubarrid, tergantung tempat tumbuhnya dan kebagusan tanahnya; yang tumbuh di puncak gunung dinamakan nabe', yang tumbuh di lerengnya dinamakan syaryan, dan yang tumbuh di kaki gunung dinamakan syauhath, dan ketiga jenis bisa digunakan sebagai bahan busur panah, namun nabe' tetap yang terbaik kualitasnya.
(Kamus Lisanul 'Arab)

Berikut ini adalah video tentang lebah yang juga memperlihatkan gambar pohon nabe':



Berbagai gambar pohon syaukhath:









3.    Ibnul Atsir berkata: "Siyah busur adalah bagian ujungnya yang dibengkokkan, ada dua siyah dalam satu busur, bentuk pluralnya adalah siyat." (lihat catatan kaki kitab Al-Furusiyyah)



 *****

Selasa, 05 Mei 2015

Nabi Idris عليه السلام bukanlah Hermes Ketiga, namun Hermes Pertama, menurut kitab Taarikh Al Hukamaa` & tentang Hermes Trismegistus


Pembahasan ke-3:

HERMES KETIGA
Diterjemahkan dari Kitab Akhbaarul Ulamaa` biakhbaaril Hukama`
Hal. 347 -350
Karya: Ibnul Qifthy (646 Hijriyah)
Cet. Theodor Wricher, Leipzig, 1908


[Melanjutkan pembahasan yang telah lalu tantang keterkaitan Nabi Idris عليه السلام dengan Hermes namun Hermes yang mana?]


          Berasal dari Mesir, dan yang benar menurut berita-berita mutawatir dialah Hermes ketiga itu, yang dinamai juga sebagai Trismegistus, karena ia adalah Hermes bijak yang datang di urutan ketiga setelah kedua Hermes bijak yang lebih dahulu. Sedangkan Hermes yang dari Babil itu adalah yang kedua. Pahamilah hal ini supaya engkau tercerahkan insyaa`allah.
        Lelaki ini termasuk kalangan orang bijak dari Mesir pasca banjir Nuh, seorang filosof, pelancong ke berbagai negeri zaman dahulu kala, menguasai pengetahuan tentang berbagai negeri dan pendiriannya, tabiat-tabiat warganya. Dia mengarang sebuah kitab yang besar yang membahas industri kimia, dan sebuah kitab tentang hewan-hewan beracun. Dia termasuk kalangan ilmuwan daerah itu, dan umat yang tinggal di daerah Mesir termasuk umat-umat yang disebut-sebut. Dahulu mereka memiliki kerajaan yang besar dan kejayaan di masa-masa kosong dan telah berlalu, ditunjukkan oleh bekas-bekas peninggalan mereka di bekas-bekas pemukiman mereka, tempat-tempat peribadatan (haikal), dan bangunan-bangunan keilmuwan mereka yang sebagian besarnya masih bertahan hingga hari ini. Peninggalan-peninggalan itu telah disepakati oleh seluruh manusia sebagai yang tiada bandingannya dimana pun juga. Adapun yang berasal dari masa sebelum banjir Nuh tidak diketahui beritanya namun bekas-bekasnya masih ada seperti piramida-piramida, kuil-kuil, gua-gua yang dipahat di pegunungan Mesir dan peninggalan-peninggalan lainnya. Adapun setelah banjir Nuh, di Mesir terjadi percampuran antar bangsa-bangsa; Qibti (Egypt), Roma, Yunani, Amaliqoh [giant man] namun yang terbanyak dan terkuat tetap bangsa Egypt. Yang terjadi waktu itu adalah hilangnya identitas nasab orang-orang sehingga mereka hanya menggunakan identitas domisili di daerah-daerah tertentu di Mesir.

Batas Wilayah Mesir
Panjang negeri: dari Barqoh yang terletak di sebelah selatan Laut Roma hingga Aylah dari pesisir Teluk dari laut: Habasyah, Zanj, India, dan China. Jarak tempuh sekitar 40 hari.
Dan lebarnya dari kota Aswan yang terletak di Sungai Nil paling atas di dalam wilayah Mesir (ke arah hulu) dan berhadapan dengan daerah Sho'id Mesir (Upper Egypt/ Mesir Hulu), dan berbatasan dengan tanah Nubia, terus membentang hingga kota Rosyid dan yang bersebelahan dengannya yaitu air terjun-air terjun Sungai Nil yang jatuh di Laut Roma, dan daerah-daerah sekitarnya. Jarak tempuh kurang lebih 30 hari.
Orang Mesir zaman dahulu beragama Shobi`ah, menyembah berhala-berhala, mengelola haikal-haikal. Lalu tatkala agama Nasrani muncul ke permukaan mereka masuk Nasrani dan tetap seperti itu hingga ditaklukkan oleh kaum Muslimin, maka sebagian mereka masuk Islam, sisanya tetap bertahan pada agama lamanya menjadi ahli dzimmah hingga sekarang.
Orang-orang Mesir kuno yang hidup di era sebelum banjir Nuh [era dimana Mesir dinamakan Babilion] memiliki perhatian terhadap berbagai cabang ilmu pengetahuan, dan melakukan penelitian atas hikmah-hikmah yang rumit dan dalam. Mereka memandang bahwa dahulu kala di dunia ini (alam al kaun wal fasad)  sebelum adanya manusia telah ada beraneka ragam makhluk hidup yang memiliki rupa yang asing dan bentuk tubuh yang aneh. Kemudian terciptalah jenis manusia itu, lalu mengalahkan berbagai jenis makhluk ini hingga memusnahkan sebagian besarnya, dan mengusir sisanya ke gurun-gurun yang tandus diantaranya adalah para setan (ghilan dan sa'aali) dan yang semisalnya. Al Washify telah menyebutkan hal ini di dalam kitab tarikh yang mengupas sejarah mereka.
Beberapa ulama menyangka bahwa semua ilmu pengetahuan yang lahir di era sebelum banjir Nuh berasal dari Hermes yang Pertama yang tinggal di Mesir Hulu yang paling atas, dialah yang oleh orang-orang Ibrani dinamai Nabi Hanokh bin Yarid bin Mahlael bin Qoinan bin Anusy bin Syits bin Adam, dan dia adalah Nabi Idris n sebagaimana telah kami sebutkan di awal kitab. Mereka berkata bahwa dia adalah orang yang pertama kali berbicara tentang benda-benda langit, pergerakan bintang-bintang, yang pertama kali membangun haikal-haikal dan mengagungkan Allah di dalamnya, yang pertama kalinya membahas ilmu kedokteran, menyusun untuk manusia di zamannya syair-syair yang berirama yang memuat pembahasan benda-benda bumi dan langit. Kata mereka dialah yang pertama kali memperingatkan akan datangnya banjir bandang (banjir yang akhirnya terjadi di era Nuh), dia melihat bahwa kerusakan di langit akan mengakibatkan datangnya air bah dan api di bumi, maka dia khawatir jika ilmu itu dan pelajaran-pelajaran mengenai industri ikut musnah, maka dia membangun piramida-piramida, kuil-kuil di daerah Mesir Hulu yang paling atas, dan menggambar berbagai macam industri dan peralatan, menulis di dalamnya tentang sifat-sifat berbagai ilmu supaya tetap lestari bagi generasi selanjutnya, karena dia takut jika semua itu musnah nantinya, wallahu A'lam.
Di zaman pasca banjir Nuh, di Mesir terdapat ilmuwan-ilmuwan yang berkecimpung dalam bidang-bidang yang berkaitan dengan filsafat seperti matematika, sains, teologi, dan khususnya ilmu simbol (rajah), neronjiyat (?), al maraa`iy al munhariqoh (?), kimia, dll.
Dahulu kala negeri ilmu pengetahuan dan kerajaan Mesir berada di kota Manf [Memphis] dalam bahasa Qibtinya Mafah, berjarak 12 mil dari Fustat. Tatkala Iskandar membangun kota Iskandariyah [Alexandria], orang-orang ingin memakmurkannya karena udaranya yang bagus, dan airnya yang baik, maka menjadilah dia negeri kebijaksanaan di Mesir hingga ditaklukkan oleh kaum Muslimin dan 'Amr bin 'Ash merencanakan pembangunan kotanya di atas sungai Nil yang dikenal dengan nama Fustat Mesir, lalu pribumi Mesir [Qibthy] dan yang selainnya dari kalangan Arab dll merasuk dan membaur dengan para penduduknya, lalu menjadilah dia pusat negeri Mesir dari waktu itu hingga sekarang.

Hermes Ketiga (Trismegistus)
Dan Hermes yang ini, yang telah kita sebutkan dari awal, berbicara dalam masalah industri kimiawi yang mengarah pada kerajinan kaca, manik-manik, dan tembikar.
Orang-orang Mesir berkata bahwa Isclibyades yang diagungkan oleh orang-orang Yunani itu adalah murid Hermes Mesir ini. Dia melakukan perjalanan dari Yunani ke Mesir, dan mengambil faidah dari Hermes, lalu kembali pulang ke negeri Yunani, maka dia mendapatkan tambahan dari hal-hal baru yang dia dapatkan dari ilmu-ilmu itu yang tidak diketahui oleh mereka [orang-orang Yunani], sehingga mereka mengagungkannya dan menceritakan tentangnya cerita-cerita yang mengandung keburukan dan hal yang mustahil untuk mendramatisir perkaranya dan mengagungkan derajatnya sebagaimana telah kami sebutkan sebagian berita-beritanya di [indeks] huruf alif.
Dia mempunyai beberapa karangan kitab yang diriwayatkan darinya:
1.      Kitab Miftaahun Nujuum Al Awwal
2.      Kitan Miftaahun Nujuum Ats Tsaani
3.      Kitab Tasyiirul Kawakib
4.      Kitab Qismatu Tahwiil Sinil Mawaalidi 'alaa Darojatin darojatin
5.      Kitab Al Maktum fii Asroorin Nujuum Al Musamma Qodhiibudz Dzahabi
6.  Dan telah dinukil dari lembaran-lembaran milik Hermes Trismegistus beberapa makalahnya kepada muridnya Thothy (Thot) berbentuk tanya jawab antara keduanya  namun tidak teratur dan tidak berturut-turut, karena yang asli telah hilang terpisah-pisah.

***

Selasa, 28 April 2015

Kisah NABI IDRIS di dalam kitab Qoshoshul Anbiyaa` karya Ibnu Katsir

Pembahasan ke-2:



Kisah Nabi Idris عليه السلام



[diterjemahkan dari Kitab Qoshoshul Anbiyaa`hal. 77, karya Ibnu Katsir v]

          Allah Yang Mahatinggi berfirman:

وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِدْرِيسَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا


56. Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat membenarkan dan seorang Nabi.

57. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.

(QS. Maryam: 56-57)

Idris p telah dipuji oleh Allah dan Dia sifati dengan kenabian lagi membenarkan, dialah yang bernama Hanokh itu. Dia masih berada dalam satu garis keturunan dengan Rosululloh n berdasarkan apa yang disebutkan oleh banyak Ulama Ilmu Nasab.

          Dia adalah Bani Adam yang pertama kali dianugerahi kenabian pasca Adam dan Syits e.

          Ibnu Ishaq telah menyebutkan bahwa dia adalah orang yang pertama kalinya menulis dengan pena. Dan hidup sezaman dengan Adam selama 308 tahun akhir dari umur Adam. Beberapa orang berkata bahwa dialah yang diisyaratkan di dalam hadits Mu'awiyyah bin Al Hakam As Sulami tatkala Rosululloh n ditanya tentang "menulis di atas pasir". Beliau menjawab, "Sesungguhnya dahulu ada seorang Nabi yang menuliskannya, barangsiapa yang bisa menyamai tulisannya maka itulah."[1]

          Banyak dari ulama tafsir dan hukum menyangka bahwa beliau adalah orang yang pertama kalinya berbicara dalam masalah itu, mereka menamainya Hermes al Haramisah (Trismegistus), namun mereka membuat kebohongan yang banyak atas namanya, sebagaimana kebohongan yang mereka perbuat atas nama para nabi, ulama, orang-orang bijak, dan para wali.

          Dan makna firman-Nya:

وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا
             
          "Dan kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi."

Yaitu sebagaimana yang telah tertetapkan di dalam Ash-Shohihain (Shohih Bukhori dan Shohih Muslim) tentang hadits Isro` Mi`raj bahwa Rosululloh n telah berpapasan dengannya di langit yang keempat.

          Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari Yunus dari 'Abdul A'la, dari Ibnu Wahb, dari Jarir bin Hazim, dari Al A'masy, dari Syimr bin 'Athiyyah, dari Hilal bin Yasaf dia berkata: Ibnu 'Abbas telah bertanya kepada Ka'ab dan aku hadir waktu itu, dia berkata: "Apa makna firman Allah Yang Mahatinggi tentang Idris: 

"Dan kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi."
 
Maka, Ka'ab berkata: "Adapun Idris maka sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadanya: "Sesungguhnya Aku akan mengangkat untukmu setiap harinya semisal seluruh amalan anak-anak Adam," –sepertinya yang dimaksud adalah anak-anak Adam di zamannya- kemudian dia suka jika bertambah amalannya. Maka datanglah sahabat karibnya dari kalangan malaikat, lalu [Idris] berkata: "Sesunguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku demikian dan demikian, maka bicaralah dengan Malaikat Maut supaya menangguhkan kematianku supaya aku bisa menambah amalan. Maka sang Malaikat membawanya di antara kedua sayapnya [di atas punggungnya] kemudian membawanya naik ke langit. Hingga ketika telah sampai langit keempat keduanya bertemu dengan Malaikat Maut yang sedang turun, maka dia [Sang Malaikat] berbicara dengan Malaikat Maut perihal yang dibicarakan oleh Idris, lalu dia berkata: "Dan dimanakah Idris?"
         
           Dia berkata, "Ini dia di atas punggungku."

          Malaikat Maut berkata, "Menakjubkan. Aku diutus, dan difirmankan kepadaku, "Cabutlah ruh Idris di langit yang keempat." Maka aku mulai berkata, "Bagaimana aku mencabut ruhnya di langit yang keempat sedangkan dia di bumi?" Lalu dia mencabut ruhnya di sana. Maka itulah yang dimaksud dengan firman Allah:

وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا
             
            "Dan kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi."

          Hal itu diriwayatkan juga oleh Ibnu Abi Hatim di dalam kitab tafsirnya. Disebutkan di dalamnya:

          "Maka dia berkata kepada Malaikat itu: "Tanyakanlah untukku, "Wahai Malaikat Maut, berapa umurku yang tersisa?" Maka dia menanyainya sedangkan Idris bersamanya, "Berapa umurnya yang tersisa?" Maka dia berkata, "Aku tidak tahu hingga aku lihat." Lalu dia melihat, lalu berkata, "Sesungguhnya engkau bertanya kepadaku tentang seorang lelaki yang tidak tersisa dari umurnya kecuali sekejap saja. Maka Malaikat itu melihat ke Idris yang berada di bawah sayapnya, ternyata sudah dicabut nyawanya tanpa dia rasa.
Ini termasuk berita israiliyyat dan mengandung kemungkaran di dalam sebagian lafalnya.
          Ibnu Abi Najih berkata dari Mujahid di dalam firmanNya:

وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا

Dia berkata: "Idris telah diangkat dan dia belumlah wafat seperti pengangkatan Isa." Jika yang dia inginkan Idris belum meninggal hingga sekarang maka hal itu perlu diteliti, dan jika yang dia inginkan bahwa Idris diangkat ke langit dalam keadaan hidup lalu dicabut di sana, maka itu tidak bertentangan dengan berita Ka'b Al Ahbar yang telah lalu .. Wallahu a'lam.

          Al 'Aufi berkata dari Ibnu 'Abbas tentang firmanNya:

وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا

Yaitu diangkat ke langit keenam kemudian meninggal di sana, Adh Dhohak juga mengatakan demikian. Hadits muttafaq 'alaih yang menerangkan bahwa dia di langit keempat lebih shahih, dan itu adalah perkataan Mujahid dan yang selainnya. Hasan Al Bashri berkata:

 وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا

Yaitu: ke surga. Dan beberapa orang berkata: Diangkat di masa bapaknya hidup (Yard bin Mahlael) .. Wallahu A'lam. Sebagian mereka berpendapat bahwa Idris tidak hidup sebelum zaman Nuh, bahkan di zaman Bani Israel.

          Bukhori berkata: Dan disebutkan dari Ibnu Mas'ud dan Ibnu 'Abbas: bahwa Ilyas adalah Idris, dalam hal ini mereka mendapatkannya dari hadits Az Zuhri dari Anas tentang Isra` Mi`raj yaitu ketika beliau [Nabi Muhammad n] melewatinya [Idris] p beliau [Idris] berkata: "Selamat datang bagi Saudara yang shaleh dan Nabi yang shaleh," dan tidak berkata seperti yang diucapkan oleh Adam dan Ibrohim [e]: "Selamat datang untuk Nabi yang shaleh dan anak yang shaleh." Mereka berkata: Jika seandainya beliau [Nabi Idris p] berada dalam garis nasabnya niscaya akan berkata seperti yang diucapkan oleh keduanya kepada beliau [Nabi Muhammad n].

          Ini tidak mengindikasikan yang demikian, tidak mungkin demikian, karena perowi tidak menghapalnya dengan baik, atau barangkali dia mengatakannya untuk bertawadhu', dan tidak tegak untuknya kedudukan sebagai bapak sebagaimana tegak untuk Adam Bapak Manusia, dan Ibrohim Kholilur Rohman Ulul 'Azmi yang terbesar setelah Muhammad .. Semoga shalawat senantiasa tercurahkan atas mereka semua.

***


[1] [Ibnu Kholdun berkata di dalam Muqoddimahnya: "Dahulu kala ada seorang Nabi yang menulis lalu datanglah wahyu kepadanya melalui tulisan itu, dan tidak mustahil jika hal itu menjadi adat bagi sebagian para nabi. "Maka barangsiapa yang bisa menyamai tulisannya maka itulah," maksudnya: dia telah benar jika saja dikuatkan oleh wahyu yang telah datang kepada Nabi itu, yang mana adatnya wahyu datang kepadanya melalui tulisan. Adapun jika orang itu hanya mengambil dari tulisan saja dengan tanpa bersesuaian dengan wahyu maka tidak benar. (hal. 112)]